BENGKALIS – Wakil Bupati Bengkalis Suayatno memenuhi undangan jamaah Masjid Sabilillah Desa Pedekik Kecamatan Bengkalis dalam rangkaian menyambut tahun baru Islam, 1 Muharaam 1435 H, Kamis (14/11). Dalam kesempatan itu Suayatno mengajak seluruh jemaah untuk menjadikan tahun baru Islam sebagai ajang pemantapan hati.
Kegiatan yang diisi dengan zikir Riyadhoh para Jamaah Tariqah itu juga dihadiri Sekdakab Bengkalis Burhanuddin dan mubalig Amrizal. Menurut Wabup, walaupun sebenarnya pada diri manusia itu lebih banyak kecondongan pada kebaikan daripada kepada kejahatan. Hanya saja itu memang sukar dilakukan karena pengaruh yang telah diterima manusia dari alam sekitarnya.
“Tahun baru Islam yang dimulai pada bulan Muharram, yang dimulai dari hijrahnya Rasulullah Saw dari Makkah ke Madinah. Ini merupakan sebuah peristiwa besar dalam sejarah Islam karena hijrah ini menjadi tonggak perubahan masyarakat menjadi manusia yang lebih baik dan lebih beradab. Inilah bulan perubahan atau hijrah dari yang tidak baik menjadi baik,” kata Suayatno.
Dalam konteks sekarang, sambung Suayatno, hijrah tetap harus dilakukan, tetapi tidak dimaknai secara fisik, melainkan hijrah substansial kepada perbaikan ruhani. Dari yang buruk menjadi baik, dari yang baik menjadi lebih baik. “Muharram menjadi momentum bagi umat Islam untuk kembali memperbaiki dirinya,” kata Suayatno lagi.
Pergantian tahun baru Islam menurut Suayatno merupakan saat yang paling tepat untuk melakukan muhasabah, melakukan evaluasi selama setahun yang lalu dengan menghitung amal perbuatan untuk menjadi bahan dalam meniti di tahun depannya menuju perubahan yang lebih baik. Kalau sama saja dari tahun lalu maka akan rugi, kalau lebih buruk, akan jadi orang yang celaka.
“Kita harus berusaha menjadi orang yang lebih baik dari masa-masa sebelumnya,” kata Suayatno seraya menambahkan, introspeksi merupakan bagian dari ajaran Islam.
Sementara Ust Amrizal dalam takziahnya menekankan pentingnya melaksanakan acara penyambutan tahun baru Islam sesuai dengan syariat islam, seperti yang dilakukan oleh warga jamaah Tariqah Masjid Sabilillah. “Ini penting agar kita tidak terjerumus dalam kemaksiatan dengan menggelar berbagai kegiatan yang hedonis dan menyalahi syariat. Dalam Alquran disebutkan di antara 12 bulan, ada empat bulan yang diistimewakan, salah satunya adalah Muharram,” kata Amrizal.
Demikian pula, sambung Amrizal, Muharram bagi bangsa Indonesia, yang dikenal dengan bulan Suro, identik dengan bulan untuk riyadhoh, latihan untuk menahan hawa nafsu. Ajaran riyadhoh ini berakar dari tradisi tarekat, bagaimana orang melatih hati dan jiwanya agar lembut dan lentur sehingga bisa mendekatkan diri kepada Allah.
“Salah satu cara yang paling banyak dipakai adalah dengan memperbanyak puasa, sebagaimana janji Allah, bahwa pahala puasa tidak bisa dihitung karena akan mendapatkan perhitungan sebagai sarana keseimbangan. Kemampuan bela diri untuk menjaga diri dari musuh sedangkan berpuasa untuk menahan diri dari nafsu diri sendiri sehingga kemampuan bela diri tidak digunakan untuk kesewenang-wenangan.
Semua pelatihan itu, untuk melatih diri kita agar tidak mementingkan syahwat karena kalau kita sudah bisa menahan diri dari yang halal, tentu yang diharamkan saja kita akan mampu menahannya sehingga mampu menjaga kondisi jiwa dalam kondisi yang selalu terpelihara,” ujarnya. (MC Riau/din)