PEKANBARU - Tak pernah terpikirkan sebelumnya oleh Sunardi (46) petani nanas di Kampung Penyengat, Kecamatan Sungai Apit, Kabupaten Siak ini menjadi salah satu pembicara pada kegiatan e-learning Pelatihan Holtikultura di Kawasan Hutan yang diselenggarakan oleh Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bekerjasama dengan Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) yang mengusung tema “Bimbingan Teknis dan Pelatihan Peningkatan Kapasitas Masyarakat di Dalam Kawasan Hutan”.
Sunardi mengaku sempat merasa canggung dalam penyampaian materi Budidaya Nanas Ratu di Lahan Gabut Kampung Penyengat. Kendati demikian, ayah dua orang anak ini akhirnya percaya diri menyampaikan kepada para puluhan peserta yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia.
“Saya memaparkan program pertanian yang berhasil meningkatkan pendapatan masyarakat di Kampung Penyengat, yaitu budidaya nanas ratu. Saya berharap semangat ini bisa menular kepada para petani lainnya untuk dapat meningkatkan pendapatan,” katanya ketika dihubungi, Kamis (4/3/2021).
Pemilihan komoditi Nanas Ratu ini, dikatakan Sunardi, memiliki nilai strategis karena dapat berproduksi dengan baik di lahan gambut dangkal. Tanaman ini juga toleran terhadap lahan dengan pH rendah dan tahan kekeringan. Selain itu, budidaya nanas secara masif dapat mencegah kebakaran lahan.
Sunardi dan Kelompok Tani (Koptan) Bina Tani merasa beruntung dibina oleh Program Community Development (CD) PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) sejak tahun 2014. Koptan yang ia ketuai mendapat pembinaan kemudian melakukan studi banding nanas ke Tanjung Kuras. Selain itu, mereka juga memperoleh bantuan Sarana Produksi (Saprodi) dan pemasaran produk.
“Saat ini Koptan Bina Tani kami sudah memiliki kebun nanas sekitar 50 hektar dan keuntungan bisa mencapai puluhan juta per orang. Keberhasilan ini juga berhasil menularkan warga kampung kami. Saat ini 70% dari warga Kampung Penyengat bertanam nanas,” tuturnya.
Kasubdit Rencana Kerja Usaha dan Produksi Hutan Tanaman, Ditjen Pengelolaan Hutan Produksi Lestari, KLHK, Hendro Wijanarko mengatakan pelatihan ini sebagai upaya membekali teknis terkait budidaya atau produksi tanaman hotikultura, pengemasan dan pemasarannya. Bimbingan Teknis (Bimtek) ini pengembangan hotikultura ini sangat penting dalam meningkatkan kapasitas petani mitra IUPHH untuk berkompetisi memenangkan penetrasi pasar.
“Saya yakin dengan penerapan agroforestri untuk mengoptimalkan pemanfaatan lahan dengan pengembangan hotikultura akan lebih meningkatkan kesejahteraan petani mitra dan produksi hutan. ” jelas Hendro.
Sementara itu, program e-learning ini dibagi dalam beberapa sesi yaitu pembuatan kompos, pengembangan hotikultura melalui pola agroforestri, budidaya madu, pemanfaatan embung untuk budidaya ikan dana kegiatan peternakan dan Pembukaan Lahan Tanpa Bakar (PLTB). (MC Riau/PR)