PEKANBARU - Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Provinsi Riau harus diwaspadai. Khususnya bagi daerah-daerah yang banyak ditemukan DBD. Salah satunya adalah Kota Pekanbaru.
"Kami minta Dinas Kesehatan kota lebih care (perhatian). Karena kami sejak awal sudah mengirimkan surat edaran gubernur untuk antisipasi wabah DBD ini," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau, Zainal Arifin, Selasa (20/9/2022).
Seharusnya, kata Zainal kabupaten kota sudah melakukan antisipasi dan langkah-langkah pencegahan sejak awal.
Sebab pihaknya sudah memperingatkan bahkan pada priode ini akan terjadi peningkatan kasus DBD.
"Dari awal kan kita sudah sampaikan ke kabupaten kota, bahwa akan terjadi kenaikan," ujarnya.
Dengan terjadinya tren kenaikan kasus DBD ini, Zainal menegaskan kepada kabupaten kota agar tidak lalai. Seluruh kepala dinas kesehatan, khususnya kota Pekanbaru segera memerintahkan seluruh puskesmas agar segera melakukan langkah nyata di tengah masyarakat untuk menekan angka penyebaran kasus DBD.
"Mereka (Puskesmas) harus segera memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk pencegahan, baik melalui media sosial dan turun langsung ke tengah masyarakat" katanya.
Pihaknya sudah jauh-jauh hari menyampaikan informasi kepada kabupaten kota agar tidak lalai dengan mencegah penyakit DBD ini. Namun dengan tingginya temuan kasus DBD yang terjadi saat ini, pihaknya mempertanyakan keseriusan kabupaten kota dalam mencegah penyeberan penyakit DBD di wilayahnya masing-masing.
"Kami mempertanyakan, sejauh mana sih mereka melakukan upaya itu, surat edaran kan sudah kami kirim," katanya.
Seperti diketahui, Dinas Kesehatan Provinsi Riau mencatat sepanjang tahun 2022, priode Januari - Agustus total kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Provinsi Riau mencapai 1.353 orang.
Dari data tersebut, daerah dengan tingkat kasus terserang DBD tertinggi adalah kota Pekanbaru, dengan 560 kasus.
Selanjutnya diikuti oleh Kabupaten Kampar dengan 183 kasus. Kemudian, Rokan Hulu dengan 142 kasus. Kemudian Siak dengan 112 kasus.
Di Pelalawan ada 52 kasus, Indragiri Hulu 25 kasus, dan dan Kuansing 47 kasus. Kemudian di Indragiri Hilir 54 kasus, Bengkalis 51 orang, dan Dumai 73 kasus. Sementara Rohil 41 kasus.
"Yang paling rendah adalah Meranti dengan 23 kasus," kata Kepada Bidang (Kabid) Pencegahan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Riau, Ridwan.
Ridwan mengatakan, sepanjang Januari sampai Agustus 2022 ini, terdapat 10 orang penderita DBD yang meninggal dunia.
"Diperkirakan akan terjadi peningkatan kasus DBD pada bulan Oktober 2022 mendatang dan puncaknya pada bulan November hingga Januari," ujarnya.
Jumlah kasus DBD pada periode Januari sampai Agustus tahun 2022 di Provinsi Riau mengalami peningkatan dibandingkan priode yang sama pada tahun 2021 lalu.
Pada Januari 2022 terdapat 263 kasus, sedangkan di tahun 2021 pada Bulan Januari hanya 65 kasus.
Selanjutnya, perbandingan pada Bulan Februari, pada tahun 2022 terdapat 184 kasus, sementara di tahun 2021 hanya 61 kasus.
Untuk Bulan Maret, terdapat 134 kasus di Riau, sedangkan tahun 2021 hanya 74 kasus dan April 2022 terdapat 148 kasus sedangkan tahun sebelumnya 91 kasus.
Kemudian, perbandingan pada Bulan Mei 2022 terdapat 103 kasus, sedangkan tahun lalu 68 kasus. Selanjutnya, pada Bulan Juni tahun ini terdapat 189 kasus, sedangkan tahun lalu 79 kasus.
"Pada Juli tahun ini terdapat 268 kasus, sedangkan tahun 2022 terdapat 57 kasus. Dan pada Agustus tahun ini terdapat 64 kasus sedangkan tahun lalu pada Agustus terdapat 42 kasus," ucapnya.
(Mediacenter Riau/sa)