PEKANBARU - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau terus berupaya menekan angka inflasi, satu di antara upayanya adalah dengan menjaga ketersediaan bahan pokok di wilayahnya.
Sekretaris Daerah Provinsi Riau, SF Hariyanto mengatakan bahwa pada Oktober 2022, Riau mengalami inflasi Year On Year
(Oktober 2021 - Oktober 2022) sebesar 6,17 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 112,89. Secara bulan ke bulan mengalami deflasi sebesar 0,69 persen dan Inflasi Tahun Kalender (Januari - Oktober) 2022 sebesar 5,72 persen inflasi tahun kalender Januari - Oktober 2022 di Riau sebesar 5,72 persen.
Secara umum, inflasi tahun kalender dari Januari hingga Oktober 2022 di Indonesia sebesar 4,73 persen year to date (YtD) dan secara tahunan inflasi 5,71 persen.
"Alhamdulillah, inflasi kita di Riau sudah menyamai inflasi pusat 5,71 persen. Ini harus dipertahankan dan terus ditekan inflasinya," kata Sekdaprov Riau di Gedung Daerah Provinsi Riau, Senin (7/11/2022).
Menurutnya, beberapa bahan pokok yang perlu dijaga ketersediaan dan harga barangnya, yaitu beras, minyak goreng, cabai, gas dan cabai merah.
"Bahan pokok utama yang harus kita jaga di Riau ini adalah beras dan minyak goreng, sedangkan secara nasional itu cabai merah dan rawit. Makanya di Riau, kita juga menggerakkan aksi tanam cabai di pekarangan rumah untuk menahan laju inflasi yang dikarenakan kenaikan harga cabai," tukasnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau pada Oktober 2022, gabungan 3 kota di Provinsi Riau secara bulan ke bulan mengalami deflasi sebesar 0,69 persen dan Inflasi Tahun Kalender Januari - Oktober 2022 sebesar 5,72 persen.
Namun, jika dibandingkan dengan periode Oktober 2021 - Oktober 2022 atau year on year (y.o.y), Riau mengalami inflasi sebesar 6,17 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 112,89.
"Dari 3 kota IHK di Riau, semua kota mengalami deflasi yaitu, Kota Pekanbaru sebesar 0,72 persen dan Inflasi yoy 6,44 persen, Kota Dumai sebesar 0,59 persen dan inflasi yoy sebesar 5,60 persen serta Kota Tembilahan sebesar 0,70 persen dan Inflasi yoy sebesar 4,26 persen," kata Kepala BPS Provinsi Riau, Misfaruddin.
Ia menjelaskan bahwa deflasi terjadi karena adanya penurunan harga pada satu indeks kelompok pengeluaran, yaitu kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 2,69 persen.
Di sisi lain sembilan kelompok mengalami inflasi yaitu kelompok transportasi sebesar 0,51 persen, diikuti kelompokpenyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,46 persen, kelompok rekreasi, olahraga dan budaya sebesar 0,35 persen, kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,34 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,33 persen.
Kemudian, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,08 persen, kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,07 persen, kelompok pakaian dan alas kaki dan kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan masing-masing sebesar 0,01 persen.
"Sedangkan kelompok pendidikan relatif stabil dibanding bulan sebelumnya," jelasnya.
Ia menjelaskan beberapa komoditas yang memberikan andil penurunan harga pada Oktober 2022, antara lain cabai merah, telur ayam ras, ayam hidup, cabai rawit, daging ayam ras, cabai hijau, minyak goreng, angkutan udara, jengkol, dll.
Sementara, komoditas yang memberikan andil kenaikan harga, antara lain beras, bensin, rokok kretek filter, nasi dengan lauk, kue kering berminyak, ikan tongkol, dll.
Dari 24 kota di Sumatera yang menghitung IHK, dua puluh dua kota mengalami deflasi, dengan deflasi tertinggi terjadi di Kota Gunungsitoli sebesar 1,48 persen, diikuti oleh Kota Bungo sebesar 1,14 persen dan Kota Sibolga sebesar 1,09 persen.
Sementara itu, inflasi terjadi di dua kota, yaitu Kota Meulaboh sebesar 0,19 persen dan Kota Lhokseumawe sebesar 0,04 persen.
"Berdasarkan urutan inflasi kota-kota di Sumatera, kota-kota di Provinsi Riau berturut-turut, Pekanbaru urutan ke-5, Tembilahan urutan ke-6 dan Dumai urutan ke-8," jelasnya.
(Mediacenter Riau/bts)