PEKANBARU - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui Badan Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (BPDASH) Indragiri Rokan melaksanakan kegiatan Kebun Bibit Rakyat (KBR) dengan melibatkan sebanyak 19 Kelompok Tani sepanjang tahun 2022.
''Kelompok tani ini tersebar di Riau dan Sumatera Barat yang menjadi area kerja kami. Keseluruhan kegiatan melibatkan sekitar 596 orang masyarakat, sehingga kegiatan ini tidak hanya memberi manfaat ekologi tapi juga ekonomi,'' ungkap Kepala BPDASHL Inrok, Irpana Nur, Selasa (22/11/2022).
Tiap kelompok membuat dan memelihara bibit tanaman MPTS sebanyak 30.000 batang, sehingga ada sekitar 570.000 batang bibit dibuat, ditanam dan dipelihara langsung oleh masyarakat pada lokasi yang rawan atau kritis.
''Setiap bibit yang sudah ditanam, harus difoto dan masyarakat dapat intensif. Ini upaya menjaga agar tidak asal tanam, tapi harus benar-benar tumbuh,'' kata Irpana.
Adapun jenis bibit yang dibuat dan dipelihara antara lain petai, jengkol, pinang, durian, alpukat, kemiri, kulit manis. Jenis bibit ini merupakan permintaan masyarakat menyesuaikan dengan kebutuhan dan situasi di daerah masing-masing.
Untuk Provinsi Riau, diantara kelompok tani yang terlibat dalam kegiatan KBR antara lain dari Kampar, Pelalawan, dan Rokan Hulu. Sedangkan untuk Provinsi Sumatera Barat, berasal dari Kabupaten Sijunjung, Lima Puluh Kota, Tanah Datar, dan Pasaman.
''Untuk menjamin tepat sasaran, pembayaran biaya tenaga kerja dibayarkan langsung ke rekening pribadi anggota kelompok tani. Inilah upaya agar program rehabilitasi hutan dan lahan, menjadi semangat bersama membangkitkan ekonomi dan juga perlindungan terhadap lingkungan sekitar,'' tutup Irpana.
Sebelumnya selain KBR, BPDASHL Indragiri Rokan KLHK juga memiliki program KBD dengan melibatkan empat kelompok tani di Provinsi Riau yang menghasilkan 160.000 bibit MPTS. Adapun jenis bibit yang dihasilkan merupakan tanaman produktif seperti pinang batara, durian, matoa, kelengkeng, jengkol, petai, nangka, manggis dan lainnya.
Bibit ini untuk ditanam masyarakat di wilayah kritis, terlantar, atau lahan non produktif. Dari upaya ini diharapkan dapat meningkatkan tutupan lahan, selain juga untuk penyerapan karbon.
(Mediacenter Riau/bts)