PEKANBARU - Kepala Bidang Energi dan Energi Terbarukan, Dinas Energi Sumberdaya Mineral (ESDM) Provinsi Riau Baharufahmi mengakui adanya penurunan produksi migas di daerah yang dijuluki Bumi Melayu Lancang Kuning itu.
Fahmi berujar, bahwa di Provinsi Riau terdapat 11 Kontraktor Kontrak Kerja Sama (K3S) yang produktif. Di mana dari 11 K3S ini memproduksi 182.000 barel minyak dan menghasilkan 90 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) serta menyumbang 30 persen lifting nasional.
"Namun, seiring waktu di lapangan terdapat permasalahan yang menjadi tanggung jawab kita bersama setelah salah satunya dalam penurunan alamiah produksi migas," kata Fahmi di acara Seminar Nasional Ikatan Ahli Geologi Indonesia Pengda Riau di Pekanbaru, Sabtu (10/12/2022).
Dibeberkan dia, menurut data triwulan 3, pada Tahun 2022 ini, modifikasi lifting migas di Provinsi Riau hanya mencapai 65 persen dari target APBN 2022.
"Target dari 2022 ini kita masih di angka 65 persen dan kemungkinan diprediksi sampai akhir tahun hanya 85 persen," sebut Baharufahmi.
Diungkapkan Fahmi, bahwa kondisi di lapangan saat ini banyak mengalami penurunan produksi migas, sehingga diperlukan cadangan gas yang baru melalui rangkaian studi dan kegiatan pengembangan di lapangan.
"Saat ini kita masih bergantung dari kegiatan eksplorasi dan eksploitasi migas yang tidak hanya menjadi sumber pendapatan daerah tetapi menjadi motor penggerak perekonomian daerah," ucapnya.
Dijelaskan Fahmi, berdasarkan penyampaian rencana kerja Tahun 2022 dari total 890 sumur nasional 540 atau 60 persennya berada di Provinsi Riau.
"Ditambah lagi dengan studi seismik yang dilakukan oleh K3S khususnya Pertamina Hulu Rokan, ini untuk bertujuan meningkatkan target atau tidaknya mempertahankan capaian produksi atau lifting migas di Indonesia," tandasnya.
(Mediacenter Riau/nb)