PEKANBARU - Untuk mengantisipasi kebakaran lahan dan hutan (Karhutla) di musim kemarau yang akan datang, Gubernur Riau (Gubri) Syamsuar menerbitkan surat keputusan (SK) Nomor : Kpts. 191/11/2023.
SK Gubernur Riau ini tentang Penetapan Status Siaga Darurat Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di Provinsi Riau. Diterbitkan berdasarkan arahan dari Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam).
Selain itu, SK penetapan status Siaga Darurat Karhutla ini juga telah melalui analisis dan berdasarkan prakiraan cuaca/iklim Provinsi Riau yang disampaikan oleh BMKG.
"Ada 134 kecamatan di Provinsi Riau yang beresiko tinggi mengalami bencana kebarakan hutan dan lahan," kata Gubri Syamsuar saat menggelar rapat koordinasi dalam rangka persiapan penanganan karhutla, Rabu (15/2/2023) malam di Pekanbaru.
Dijelaskan dia, 134 kecamatan itu terebar di Kabupaten Kampar 13 kecamatan, Kabupaten Inhil 19 kecamatan, Kabupaten Rohil 18 kecamatan, Kabupaten Kuansing 14 kecamatan, Kabupaten Inhu 12 kecamatan, Kabupaten Siak 12 kecamatan, dan Kabupaten Pelalawan 12 kecamatan.
"Kemudian, di Kota Pekanbaru ada juga terdapat 4 kecamatan yang rawan, Kota Dumai 4 Kecamatan, Rokan Hulu 6 Kecamatan, Kepulauan Meranti 9 Kecamatan, dan Bengkalis 11 Kecamatan,” ucapnya.
Orang nomor satu di Provinsi Riau ini menerangkan, berdasarkan data dari BPBD Riau terdapat jumlah hotspot sejak tanggal 1 Januari - 11 Februari 2023 ada 15 Koordinat titik panas atau hotspot yang tersebar di kabupaten/kota.
“Untuk dapat dimaklumi sejak tanggal 1 Januari Sampai Dengan 11 Februari 2023 ada 15 hotspot yang ada di Kabupaten/Kota yaitu, Inhil 5 titik, Siak 4 titik, Kampar 2 titik, Dumai 1 titik, Rohul 1 titik, Inhu 1 titik, Pelalawan 1 titik,” terangnya.
Mantan Bupati Siak Dua Periode ini mengungkapkan, bahwa Pemprov Riau telah bergerak cepat dengan menyiapkan sarana dan prasarana pendukung pencegahan Karhutla serta juga membuat rencana dukungan operasi udara.
“Perlu kami sampaikan ada beberapa sumur bor yang telah di siapkan sebanyak 525 Unit, Sekat Kanal 9.672 Unit, Embung 1.546 Unit, Pompa Pemadam 817 Unit, Selang Pemadam 1.499 Roll, Ini juga perlu kita cek kembali dan tentunya koordinasi kita bersama seandainya jika ada kebutuhan yang kurang,” ungkapnya.
Sementara itu, Kapolda Riau, Irjen Pol Mohammad Iqbal mengatakan, melalui analisa yang telah dilakukan pihaknya, permasalahan Karhutla memiliki berbagai faktor, contohnya faktor alam dan faktor manusia.
Kapolda Riau menuturkan, dari faktor alam lahan gambut yang sulit dipadamkan, kurangnya ketersediaan sumber air untuk pemadaman, dan musim kemarau yang memicu timbulnya titik api.
Kemudian, faktor dari manusia yang sengaja membuka lahan dibakar. Hal ini di lakukan oleh oknum dengan kebiasaan membuang puntung rokok, dan sampah botol kaca. Lalu adanya oknum masyarakat yang kurang peduli, cenderung menutup-nutupi adanya titik api, dan adanya aktifitas illegal loging.
Kapolda Riau mengajak setiap pihak untuk menguatkan sinergitas serta kepedulian dalam penaganan kebakaran hutan dan lahan di Bumi Lancang Kuning.
“Dengan sinergitas serta kerja sama instansi terkait dan dibantu peran aktif dalam penangan karhutla, insyaalah kita bersama dapat mewujudkan Riau bebas asap tahun 2023," pungkasnya.
(Mediacenter Riau/bib)