SIAK - Kabupaten Siak kembali menerima penghargaan Adipura yang diserahkan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia (LHK RI) Siti Nurbaya Bakar. Piala itu diterima Bupati Siak Alfedri di Auditorium Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta Pusat.
Alfedri menyebutkan piala Adipura ini merupakan kelima kalinya diterima Siak. Dia menyampaikan rasa syukurnya atas penghargaan yang berhasil diraih oleh tersebut. Daerah yang dikenal memiliki Istana Kesultanan tempo dulu itu dinilai bersih, rapi dan asri.
"Penghargaan sebagai kota bersih ini merupakan hasil dari masyarakat yang pandai menjaga lingkungannya menjadi bersih dan indah. Kita pemerintah membantu memfasilitasi berupa sarana dan prasarana," kata Alfedri,Kamis (2/3/2023).
Alfedri berjanji akan membangun Tugu Adipura karena Siak sudah 5 kali mendapat piala tersebut. Itu dilakukan untuk memotivasi masyarakat dalam menjaga lingkungannya.
"Kita sudah berniat sebelumnya kalau sudah lima kali mendapat Adipura, maka kita akan buatkan monumen tugunya. Ya ini supaya menjadi motivasi bagi seluruh masyarakat Kabupaten Siak, agar selalu ingat dan bangga akan kebersihan kota yang terjaga. Yang terpenting menjadi pengingat akan pembangunan berkelanjutan di masa yang akan datang," tegas Alfedri.
Alfedri berharap peran semua pihak dalam mencapai standar untuk meraih pencapaian lebih tinggi, misalnya Adipura Kencana. Target itu akan dikejar Alfedri untuk ke depannya.
Perjuangan untuk mendapatkan piala Adipura tersebut bukanlah hal mudah, apalagi untuk meraih Adipura Kencana.
Untuk mendapatkannya, KLHK membentuk tim independen. Tim itu diambil dari dewan pakar untuk menilai kabupaten dan kota setiap tahunnya se Indonesia.
Salah satu standar untuk mencapainya, kabupaten dan kota harus bisa mengurangi sampah. Selain itu, tempat pembuangan akhir (TPA) sampah juga sesuai ketentuan sanitary landsfill.
"TPA harus sesuai ketentuan sanitary landsfill dengan pemilahan di hulu sumber-sumber sampah. Termasuk juga mengupayakan bagaimana mengurangi sampah, menuju zero emition dan zero waste untuk Indonesia menuju 100 persen pengelolaan sampah pada tahun 2025," kata Alfedri.
Alfedri menjelaskan, partisipasi semua pihak akan bisa memajukan Siak menjadi kota impian. Sebab, saat ini Siak tercatat berstatus Kabupaten Hijau.
"Kita bertransformasi menuju kota asri indah dan menyenangkan, sehingga orang tertarik untuk terus datang ke Siak," jelasnya.
Prestasi yang diraih oleh Pemkab Siak ini diharapkan menginspirasi daerah lainnya di Provinsi Riau dan di Indonesia, untuk terus memperbaiki kualitas lingkungan dan kebersihan kota demi kesehatan dan kenyamanan masyarakat.
Siak merupakan kota pusaka yang memiliki sejumlah peninggalan sejarah kesultanan dan penjajahan Belanda. Tak sedikit sisa-sisa bangunan zaman dahulu yang masih tertata rapi dan bersih terawat.
Beberapa peninggalan sejarah Sultan Siak itu seperti Istana Siak, Mesjid Sultan Syahbudin, Tangsi Belanda, makam Sultan Siak, istri dan keluarganya, serta makam para penasehat Sultan yang jaraknya berdekatan.
Peninggalan Kolonial Belanda, yaitu Tangsi Belanda juga saksi bisu sejarah penjajahan di Siak. Museum itu merupakan spot destinasi wisata yang menjadi salah satu tujuan wisatawan saat berkunjung ke Kota Siak.
Siak adalah sebuah kesultanan yang kaya raya di tanah Riau. Sewaktu Indonesia baru merdeka, Syarif Kasim Abdul Jalil Saifuddin atau Sultan Syarif Kasim II, pemimpin muda Kesultanan Siak menyatakan bergabung.
Sultan tinggal di Istana Siak yang mulai dibangun pada tahun 1889, yaitu pada masa pemerintahan Sultan Syarif Hasyim. Istana ini merupakan peninggalan Kesultanan Siak Sri Inderapura yang selesai dibangun pada tahun 1893.
Istana Siak memiliki luas 1.000 meter persegi, dengan arsitektur bercorak Melayu, Arab, dan Eropa. Bangunannya terdiri dari dua lantai.
Istana Matahari Timur itu memilili ciri khas warna cat yang kuning gading. Meski dinding luarnya dari bata, namun dinding dalamnya dari kayu ulin yang disambungkan dengan pasak. Istana Siak menghadap Sungai Siak dengan jarak sekitar 100 meter.
Untuk mempercantik pemandangan dan mengundang wisatawan, Pemkab Siak membangun skywalk yang diberi nama Tengku Buwang Asmara sebagai objek wisata berkelas internasional. Posisinya berada di tepi sungai berseberangan dengan Istana Siak.
Objek wisata yang didalangi Kepala Dinas PU Siak Irving Kahar Arifin ini baru saja diresmikan Bupati Siak Alfedri. Pemerintah setempat berharap wisatawan bisa melihat sejumlah peninggalan sejarah dari atas skywalk.
Skywalk Tengku Buwang Asmara bahkan disebut tak kalah cantik dan canggih dari skywalk yang ada di Negeri Ginseng, Korea Selatan. Bedanya, di Korsel tidak ada dancing light atau lampu menari yang menghiasi skywalk tersebut.
Nama skywalk diambil dari nama Sultan Siak kedua, yakni Tengku Buwang Asmara. Skywalk ini dibangun pada tahun 2022 lalu dengan ornamen yang diimpor. Tengku Buwang Asmara juga salah satu tokoh yang kini sedang dalam tahap pengusulan sebagai Pahlawan Nasional.
Dancing light atau lampu menari di tengah-tengah skywalk menambah kecantikan skywalk jika dinikmati pada malam hari. Dancing light itu tentunya menjadi spot baru instagramable dengan background Istana Siak dan Turap Singapura di seberang skywalk.
(Mediacenter Riau/asn)