ROKAN HULU - Wakil Menteri (Wamen) Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ir Susilo Siswoutomo, meresmikan atau melaunching Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg) di Desa Rantau Sakti, Kecamatan Tambusai Utara, Kabupaten Rokan Hulu (Rohul), Riau, Selasa (16/9).
PLTBg di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PT Arya Rama Prakarsa Desa Rantau Sakti itu menjadi proyek percontohan karena pertama kali dibangun oleh Pemerintah Pusat melalui dana APBN 2013 senilai Rp28 miliar.
Pembangunan PLTBg ini dengan memanfaatkan limbah cair kelapa sawit atau POME (Palm Oil Mill Efluent) yang diubah menjadi gas metan dan menghasilkan Pembangkit Listrik untuk pedesaan berkapasitas 1 mega watt (MW).
Wamen ESDM, Susilo Siswoutomo mengatakan, Pilot Project pemanfaatan POME di Rantau Kasai ini dapat menghasilkan listrik pedesaan berkapasitas 1 MW dan diperkirakan bisa menerangi sekitar 1.000 lebih rumah penduduk.
Susilo menjelaskan, program di bidang kelistrikan sebagai upaya pemerintah dalam menyediakan regulasi dan intensif yang cukup agar energi terbarukan dapat berkembang secara tepat.
Kementrian ESDM hanya memfinalisasi revisi kebijakan harga untuk biomassa atau biogas agar mempercepat implementasinya secara masif. Dia berterima kasih kepada Pemkab Rohul karena telah membantu membangun jaringan listrik di Desa Rantau Sakti sebagai pendukung PLTGb sehingga bisa disalurkan ke rumah-rumah warga.
Diakuinya, saat ini Pemerintah sedang "tertatih-tatih" dalam menyediakan BBM subsidi. Dengan pemanfaatan limbah biomassa untuk dapat mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil. Potensi biomassa di tanah air sebesar 32.654 MW, namun baru dikembangkan 1.716,6 MW.
Menurut data Badan Pusat Statistik 2013 lalu, luas lahan perkebunan kelapa sawit di Provinsi Riau mencapai 2,2 juta hektar dengan potensi 6,5 juta ton minyak sawit per tahun, dan limbah cair sekitar 16,23 juta meter kubik.
"Apabila pengolahannya dimaksimalkan, limbah cair sawit berpotensi menghasilkan 90 mega watt listrik dan mengurangi emisi sebesar 568 ribu ton CO2 (karbon dioksidan) per tahun," jelas Susilo.
"Selain limbah cair, limbah padat dari Pabrik Kelapa Sawit juga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk," tambah Wamen ESDM.
Dia mengajak 28 PKS lain di Kabupaten Rohul untuk mengikuti jejak PT. Ariya Rama Prakarsa, sehingga perusahaan bukan saja ikut menyumbang listrik sekitar 28 MW, namun turut membantu pemerintah dalam mengurangi konsumsi masyarakat.
"Kalau pembangkit limbah cair dibangun 1 mega wath saja, berarti masyarakat sudah ikut membantu pemerintah dalam mengurangi BBM sekitar 4.000 KL per tahun," terangnya.
Susilo berharap, 28 PKS lain ikut membangun PLTGb di PKS nya sehingga bisa membantu tenaga listrik 28 MW untuk warga Rohul. "Listrik menjadi penghematan rumah tangga, mengurangi pengeluaran negara, dan mengurangi defisit perdagangan," jelas Wamen ESDM.
Dia mengharapkan, 28 PKS tersebut tidak hanya menunggu campur tangan pemerintah daerah melalui APBD dan Pemerintah Pusat melalui APBN, namun harus giat menarik investor, seperti para investor dari Provinsi Riau.
Sementara itu, Dirjen Energi Terbarukan dan Konservasi Energi dari Kementrian ESDM, Rida Mulyana, mengatakan Proyek Percontohan itu merupakan usulan Bupati Rohul.
Usulan ditindaklanjuti oleh Kementrian dengan melakukan study kelayakan, termasuk mensurvey bahan baku berupa limbah cair. Menurut Rida Mulyana, PLTBg Rantau Kasai terealisasi karena ada empat pihak terlibat yaitu pemerintah pusat, pemerintah daerah, pihak swasta dalam hal ini perusahaan dan masyarakat.
Rida Mulyana mengakui pemerintah pusat hanya mendanai pembangunan PLTBg melalui APBN 2013 sebesar Rp28 miliar. Sedangkan untuk jaringan dihandle oleh pemerintah daerah. "Perusahaan yang menyediakan bahan baku limbah cair. Jika pabrik berhenti, makan berhenti juga pembangkit ini. Sebab itu masyarakat harus mendukungnya," katanya.
Rida Mulyana menambahkan, untuk mengelolanya nanti, PLTBg itu akan diserahkan ke Badan Usaha Milik Desa atau Bumdes, termasuk menataniagakan listrik. (MC Riau/hr)