PEKANBARU - Pemerintah Provinsi Riau melakukan intervensi menyikapi lonjakan harga beras yang terjadi beberapa hari belakangan. Diantaranya adalah dengan menggelar operasi pasar murah.
Sejauh ini operasi pasar sudah dilaksanakan di beberapa titik di Kota Pekanbaru. Dalam waktu dekat juga akan ada operasi pasar di Dumai.
"Kita intervensi melalui pasar murah, seperti kemarin pagi kita sudah melaksanakannya di Kecamatan Sukajadi, kemudian tanggal 14 September nanti kita akan gelar di Dumai," kata Kasi Perdagangan Dalam, Disperindagkop UMKM Riau, Suryati Ningsih, Rabu (13/9/2023).
Tidak hanya beras, sejumlah komoditas pangan seperti telur, cabai, bawang putih, bawang merah, minyak gula dan sebagainya juga dijual di operasi pasar ini dengan harga dibawah harga pasaran.
Disperindagkop UMKM Provinsi Riau menyediakan sekitar 2 ton beras dan 150 papan telur ayam ras dengan jumlah pembelian dibatasi.
“Untuk beras kami batasi hanya boleh 20 kilogram atau 2 karung. Supaya yang lain juga dapat. Kalau telur cukup sepapan saja karena jumlahnya juga terbatas,” katanya
Suryati Ningsih mengungkapkan, kenaikan harga beras yang terjadi di Riau, khususnya di Pekanbaru terjadi akibat gagal panen yang terjadi di Jawa dan Sumatera Selatan. Gagal panen di wilayah ini disebabkan karena faktor cuaca el nino.
Kondisi inilah yang menyebabkan kenaikan harga beras. Khususnya beras jenis topi koki dan belida.
Namun akibat kenaikan beras jenis topi koki dan belida tersebut, ternyata juga berdampak terhadap kenaikan harga beras jenis lainya.
"Seperti anak daro itu juga menjalani kenaikan akibat tingginya permintaan," katanya.
Kenaikan harga beras anak daro menurut Suryati disebabkan karena banyaknya masyarakat yang beralih membeli beras anak daro karena naiknya beras topi koki dan belida.
"Karena belida dan topi koki naik, banyak yang beralih ke anak daro, karena permintaan tinggi otomotif harga beras anak daro pun ikut naik," katanya.
Padahal harga beras anak daro seharusnya tidak mengalami kenaikan. Sebab saat ini beras yang mengalami kenaikan adalah beras dari Jawa dan Sumatera Selatan akibat gagal panen di daerah tersebut, Yakni beras jenis topi koki dan belida. Sedangkan beras anak daro berasal dari Sumatra Barat.
"Sebenarnya kalau beras anak daro tidak naik signifikan, tapi karena permintaan tinggi, harganya juga ikut naik," katanya.
Tidak hanya beras premium, namun beras medium atau bulog juga mengalami kenaikan. Hal ini disebabkan karena naiknya harga gabah.
"Beras medium (bulog) juga naik, dari Rp 9.600 manjadi Rp 11 ribu," ujarnya.
(Mediacenter Riau/sa)