PEKANBARU -- Sebagaimana arahan Gubernur Riau, dengan pertimbangan potensi dan peluang yang cukup besar baik untuk memenuhi kebutuhan ekspor, juga olahan tepung talas dalam negeri, maka Talas Ungu Rokan Hilir dijadikan salah satu icon produk unggulan di Riau.
Hal itu disampaikan Kepala Dinas Dinas Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura (PTPH) Provinsi Riau Ir Syahfalefi MSi saat membuka Focus Group Discussion (FGD) Peluang Usaha Ekspor Komoditas talas ungu Kabupaten Rokan Hilir, Selasa (24/10/2023) di Hotel Batiqa Pekanbaru.
"Komoditi talas ungu dijadikan komoditas khusus Riau selain Padi, Jagung dan Kedelai yang merupakan komoditas Nasional, maka talas ungu untuk dapat ditingkatkan produksi, mutu, nilai tambah dan daya saingnya melalui pengembangan luas tanam, pengembangan perbenihan, teknologi pasca panen, pengolahan dan pemasaran serta akses pembiayaan," katanya.
Dia menyebut, tentu hal ini memerlukan perencanaan yang komprehensif dan masukan dari berbagai pihak yang terkait. Bahwa melalui APBD Provinsi Riau sudah mulai di programkan dan mendapat dukungan dari Kementerian Pertanian baik dari Badan Karantina dan Ditjen Tanaman Pangan serta Badan Standardisasi Kementerian Pertanian.
Capaian ekspor komoditas pertanian Provinsi Riau juga sangat menggembirakan, pada tahun 2019 tercatat 41,1 T meningkat pada tahun 2022 sebesar 54,6 T, termasuk di dalamnya komoditas talas yang di produksi dari Sinaboi Rokan Hilir, hal ini juga menjadikan Riau semakin unggul sebagaimana Visi RIAU BERSATU (Terwujudnya Riau yang Berdaya Saing, Sejahtera, Bermartabat, dan Unggul di Indonesia).
"Sekaligus mendukung dalam mewujudkan Program GRATIEKS (Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor) dari Kementerian Pertanian. Oleh karena potensi pengembangan talas ungu dan peluang pasar yang cukup besar, dengan mencermati tantangan kedepan juga semakin besar, diantaranya peningkatan jumlah penduduk, perubahan iklim dan ketersediaan lahan," sebutnya.
Syahfalefi menambahkan, pada tataran global saat ini, isu-isu pertanian tidak lagi terbatas pada lingkup nasional, tetapi sangat terkait dengan isu-isu global, seperti krisis pangan, energi, air, ancaman pandemi global, tantangan perubahan iklim. Hal ini merefleksikan bahwa kondisi pangan dan pertanian global di masa depan penuh dengan ketidakpastian. Maka perlunya kita fokus dalam pembenahan system produksi, penguatan system produksi dan daya saing, penguasaan pasar dan perluasan system produksi.
"Karena itu kita berharap kepada para petani talas ungu Rohil untuk terus bisa melakukan inovasi dan peningkatan produksi talas unggu sehingga menjadi bagian komoditi ekspor dan menjadi produk unggulan di provinsi riau," imbuhnya.
Sementara, Ir Dasmai Dawati dalam Laporan Panitia FGD menyampaikan bahwa maksud dan tujuan FGD ini untuk mendiskusikan hal hal yang berkenaan dengan peluang Ekspor Terkhusus Komoditi Talas Ungu Sehingga Eksport Talas Ungu dapat berjalan ancar dan baik.
"Adapun peserta FGD terdiri dari Dinas Perindustrian, Koperasi dan UMKM Riau, Balai Standarisasi Instrumen Pertanian Riau, UPT Badan Karantina Riau, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Rokan Hilir, Pengusaha Eksportir Talas Ungu di Rokan Hilir, KA UPT dan Fungsional Terkait Lingkup Dinas pangan TPH Provinsi Riau, PPL dan Petani Talas Ungu dari Kecamatan Sinaboi Rokan Hilir dengan Jumlah peserta 39 orang," pungkasnya.
(Mediacenter Riau/mad)