SURABAYA - Pekan Riset Sawit Indonesia (PERISAI) 2023 digelar di Hotel Westin Surabaya selama dua hari pada tanggal 25-26 Oktober 2023 ini. Dr Ir M Saleh Mokhtar, MP bertindak selaku moderator dan membuka forum dengan penuh semangat dan intelektualitas. 

Kegiatan ini menjadi acara bergengsi yang telah menjadi wadah utama bagi para ilmuwan, akademisi, praktisi industri kelapa sawit untuk berbagi pengetahuan tentang hasil penelitian terkini, serta mendiskusikan isu-isu krusial yang memengaruhi industri sawit Indonesia.

Adapun narasumber utama pada kegiatan ini adalah Prof Bustanul Arifin dan memberikan wawasan mendalam tentang industri sawit Indonesia. Moderator menyediakan dua sesi pemaparan yang sangat informatif pada PERISAI 2023 ini.

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Dr Meyzi Heriyanto, SSos, MSi dalam paparannya membahas model kolaborasi akar rumput untuk penguatan modal sosial kelembagaan petani swadaya dalam implementasi sertifikasi ISPO di Provinsi Riau.

"Model ini adalah upaya untuk meningkatkan kualitas dan keberlanjutan produksi kelapa sawit di Provinsi Riau dengan melibatkan petani sawit swadaya dalam penerapan ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil)," jelas Dr Meyzi dalam keterangan tertulis, dikutip Jumat (27/10/2023). 

Pemaparan kedua tak kalah penting disamping Prof Dodik Ridho Nurrochmat dari IPB University dari IPB University dengan judul "Keunggulan Minyak Sawit terhadap Minyak Nabati Lain di Empat Benua".

Prof Dodik menyoroti keunggulan minyak sawit sebagai bahan baku utama dalam industri pangan dan non-pangan di berbagai belahan dunia.

Selanjutnya dijelaskan Dr Meyzi bahwa model kolaborasi ini merupakan upaya untuk memfasilitasi kerja sama antara petani sawit swadaya, pemerintah, dan pemangku kepentingan lainnya dalam menerapkan standar ISPO. 

"Tujuannya untuk memastikan bahwa produksi kelapa sawit di Provinsi Riau tetap berkelanjutan dan berdampak positif bagi lingkungan dan masyarakat sekitar," kata Dr Meyzi. 

Karena itu, menurutnya petani sawit swadaya memiliki peran sentral dalam model ini. "Mereka akan diberdayakan untuk memahami dan menerapkan praktik-praktik berkelanjutan, seperti pengelolaan lahan yang baik dan pelestarian lingkungan. Selain itu, mereka akan mendapatkan dukungan teknis dan akses ke pasar yang lebih baik," jelas Meyzi.

Lanjut Meyzi, harapan utamanya adalah menciptakan produksi kelapa sawit yang berkelanjutan di Provinsi Riau, yang mampu memenuhi standar ISPO dan memitigasi dampak negatif pada lingkungan. 

"Dengan melibatkan petani sawit swadaya, dia berharap dapat mencapai tujuan tersebut dan meningkatkan kesejahteraan mereka," tutup Dr Meyzi.

Kegiatan ini turut dihadiri anggota tim peneliti dan beberapa dosen FISIP Universitas Riau, yakni Dr Mayarni, SSos, MSi, Dr Harapan Tua RFS, MSi, Dedi Kusuma Habibie, SIp, MPA, Ahmad Jamaan, SIP, MSi, Masrul Ikhsan, SSos, MSi, Rahmanul, SAP dan Resa Vio Vani, SAP, MAP.

Sebagai informasi Perisai 2023 telah menjadi tonggak penting dalam pembahasan industri sawit Indonesia, dengan memberikan wadah untuk berbagi pengetahuan dan mendorong inovasi yang akan membentuk masa depan yang lebih berkelanjutan bagi sektor ini. Acara ini sendiri membuka jalan untuk kerja sama lebih lanjut dalam memajukan industri sawit tanah air.

Dalam kegiatan ini turut memberikan pandangan dan komentarnya empat penanggap yakni Dr Ir Tungkot Sipayung, selaku Direktur Eksekutif PASPI, Willstra Danny, Tenaga Ahli Direksi Bidang Perubahan Iklim Mutuagung Lestari, Anggun Paramita Mahdi. Lalu, Negosiator Perdagangan/Ketua Tim Afrika, Dit. Perundingan Bilateral Kementerian Perdagangan RI, dan M Padhil Hasan, Ketua Bidang Luar Negeri GAPKI. (MC Riau/HB). 

(Mediacenter Riau/hb)