PEKANBARU - Kanker leher rahim atau kanker serviks merupakan penyakit umum terjadi pada perempuan. Di dunia kanker ini berada pada peringkat keempat dan di Indonesia pada urutan kedua setelah kanker payudara.
Hal tersebut disampaikan perwakilan Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia (HOGI), Muhammad Yusuf saat mengikuti Webinar Hari Kanker Sedunia 2024 secara virtual, Jumat (23/2/2023).
Muhammad Yusuf mengungkapkan, pada 2022 terdapat 408.661 kasus kanker leher rahim baru di Indonesia, dan diperkirakan hampur 50 persen di antaranya meninggal secara global. Ini terjadi karena 70 persen kanker leher rahim didiagnosis pada stadium lanjut. Menurutnya, apabila penyakit ini sudah masuk ke dalam stadium lanjut yang fatalitasnya hampir 95 persen, itu artinya kanker ini akan sulit untuk ditekan.
"Apabila sudah masuk ke dalam stadium lanjut, artinya kita tidak banyak lagi punya peluru yang dapat menekan kanker ini berkembang," jelasnya.
Padahal, Yusuf mengatakan bahwa kanker leher rahim adalah kanker yang bisa dicegah dan mudah diobati. Tetapi, faktanya 50 persen perempuan yang didiagnosis menderita kanker leher rahim akan dinyatakan meninggal dunia.
Ia menyebut hal itu terjadi juga disebabkan oleh berbagai faktor, di antaranya permasalahan skrining yang rendah, cakupan imunisasi yang rendah. Kemudian, kultur masyarakat Indonesia yang tidak punya literasi yang baik terkait kanker, sehingga dapat memeriksakan diri ke fasilitas-fasilitas kesehatan apabila memiliki keluhan-keluhan yang terkait dengan kanker leher rahim atau serviks.
"Kanker ini adalah kanker yang bisa dicegah dan kanker ini adalah kanker yang mudah diobati. Akan tetapi kanker leher rahim ini menempati peringkat kedua di Indonesia setelah kanker payudara," pungkas Muhammad Yusuf.
(MC Riau/Nv)
(Mediacenter Riau/nv)